Kamis, 31 Oktober 2013

Salah Yang Membawa Berkah

Siang itu Reihana pulang sekolah dalam keadaan tubuh dan pakaian yang basah. Namun anehnya, wajahnya terlihat sangat semringah. Awalnya aku heran, tapi beberapa menit kemudian aku langsung tahu penyebabnya. Ya, tentu saja demikian, sebab hari itu adalah hari ulang tahunnya yang ke-10. Dan jelas, tubuh serta pakaian yang basah pasti adalah ulah teman-temannya. Seperti biasa, di kala ada anak yang ulang tahun, siapa pun itu akan menjadi sasaran siraman, timpukan, hingga kejaran. Dari mulai air keran, telor mentah, bubuk kapur, hingga tanah lumpur dijamin mendarat di tubuh dan baju si anak yang berulang tahun.

Sebagai ibunya, aku sebenarnya kesal. Bayangan cucian kotor dan bau itu begitu menyebalkan. Meskipun ada detergen bubuk yang selama ini ampuh, tetap saja aku malas mencucinya. 

Seragam sekolah kotor itu pun segera aku bawa ke tempat cuci. Tapi baru saja akan kurendam, aku baru sadar bahwa detergen bubuknya sudah habis. Level kekesalanku, saat itu langsung saja sedikit naik. 

“Reihana, beli Rinso dulu, gih!” Aku menyuruh Reihana.
“Di mana, Mi?” tanya Reihana mendekat.
“Di Warung Mang Anda. Nih uangnya. Beli satu aja. Nanti sore, Umi akan belanja,” jawabku sambil menyodorkan uang.
Reihana pun pergi ke warung.

Tak beberapa lama, Reihana pun datang. Serta merta, dia menyodorkan sesuatu yang tidak kukenal. 

“Ini apa?” tanyaku pada Reihana.
“Ya Rinso lah. Umi kan nyuruh beliin Rinso!” jawab Reihana.
“Tapi ini bukan Rinso yang biasa. Ini mah Rinso khusus. Belum tentu sebagus Rinso-nya kita,” ucapku lagi.
“Mang Anda bilang bagus, Mi. Rinso cair baru. Coba aja atuh!” Reihana menjelaskan.
“Ah kamu mah…,” kekesalan yang sejak tadi kutahan, akhirnya ke luar dalam sebuah bentakan.

Tapi, kalau Reihana balik lagi ke warung, pasti akan lama. Malu lagi sama Mang Anda. Nanti dia pasti nyangka aku emak-emak yang rewel. Walau pun pada kenyataannya memang iya.

“Baiklah, aku coba saja. Toh cuma sepasang seragam atasan dan roknya ini. Kalau pun tidak bersih, nanti bisa dicoba dengan Rinso yang biasa,” ucapku dalam hati.

Eh, Ternyata….
Setengah jam berlalu. Rendaman pakaian nan kotor dan bau itu, rencananya akan aku kucek dan sikat. Tapi, baru juga aku mengangkatnya, si kotoran yang tadi menempel di serat-serat kainnya sudah pada hilang. Bahkan aku tak perlu mengucek. Sebab semuanya terangkat sempurna. Satu lagi yang bikin kaget. Baunya yang tadi tidak karu-karuan menjadi harum segar nan menawan. Kok bisa? Aku lalu mengambil bungkus hijau Rinso yang baru itu. Aku lalu membacanya lebih teliti. 

“Oooh… pantas saja bisa bersih seperti ini. Ternyata, Rinso itu detergen cair konsentrat. Ya jelas lah 2 kali lebih hebat.” Desisku kegirangan.

“Aduuuh… ke mana saja sih, aku? Kok baru tahu ada produk Rinso yang bagus begitu? Ah sudahlah… better late than never toh?

Sejak saat itu, aku jatuh cinta pada Rinso cair. Aku beralih menggunakannya dari yang asalnya detergen bubuk biasa. Setuju banget dengan tagline Rinso jenis baru ini. Karena pada kenyataannya, Rinso cair 2x lebih efektif, meresap lebih ke dalam serat kain saat perendaman, untuk seluruh cucian sehari-hari. Tak perlu banyak ngucek. Dengan air mengalir saat rendaman diangkat saja, kotoran sebandel apa pun pasti lenyap dalam sekejap.

Aku tak hanya menggunakannya untuk seragam sekolah anak-anak saja. Pakaian Baby Zaudan yang penuh dengan kotoran, noda  susu, noda makanan, hingga noda di celananya karena dia memang sedang belajar berjalan, bisa hilang tak berbekas.  

Tak Cuma Itu Saja…
Kini setahun sudah aku menggunakan Rinso cair. Manfaat yang aku dapatkan tak hanya membuat bersih dan wangi pakaian saja, warna pakaian yang tetap cemerlang serta tak membuat panas alias lembut di tangan, juga sangat aku rasakan. 

Kalau dihitung-hitung, menggunakan Rinso cair juga hemat, lho. Apalagi kalau membelinya dalam kemasan yang besar. Hematnya bisa menjadi berlipat-lipat. Itu sebabnya, sejak menggunakan Rinso cair untuk pertama kalinya, aku selalu membeli Rinso cair ini sekalian dalam jumlah yang banyak. 

Ini dia Rinso cair persediaanku untuk beberapa bulan ke depan. :)

Andai dulu Reihana tak salah beli, hingga sekarang aku mungkin tak pernah tahu bahwa Rinso cair 2x lebih efektif, meresap lebih ke dalam serat kain saat perendaman, untuk seluruh cucian sehari-hari. Terima kasih Reihana, terima kasih Rinso cair. Benar-benar deh, Salah Yang Membawa Berkah...

Aku dan Reihana


"Tulisan ini diikutsertakam dalam Laiqa and Rinso Writing Competition."
Update selalu pengetahuan Anda dengan berbagai informasi mengenai berbagai macam hal yang bermanfaat



Selasa, 15 Oktober 2013

Natural and Halal, Definitely My Daily Style


Terlahir dengan usia yang hanya terpaut 2 tahun dari seorang kakak laki-laki, ternyata berpengaruh besar dalam kehidupan saya. Bermain bersama dia dan juga teman-temannya yang semuanya laki-laki, membentuk saya menjadi seorang perempuan yang tomboy. Tak hanya saat kecil, bahkan hingga sekarang saya sudah bersuami dan punya anak, beberapa ciri ketomboyan itu, masih saja nampak terlihat. Salah satunya adalah keengganan untuk berhias diri alias berdandan. 

Ya, bagi seorang perempuan tomboy, di dalam kamus hidupnya, berdandan itu adalah tabu. Selain karena ribet, berdandan juga dianggap menjadi sebuah aktivitas yang menghabiskan waktu. Apa sih tujuan berdandan? Mengapa wanita harus berdandan? Ingin disukai pria? Ingin dicintai suami? Lho, bukankah cinta sejati itu tidak perlu polesan? Bukankah cinta sejati itu menerima apa adanya? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang pada akhirnya semakin menguatkan saya untuk tidak berdandan. Lebih tepatnya… malas berdandan.

Sebuah kejadian kecil membuat saya tertohok. Saat itu, mama mengajak saya kondangan ke seorang kerabat dekat. Ketika sudah siap, bukannya langsung pergi, mama malah bertanya ini dan itu. 

“Nia, cepet dandan!” Mama menyuruh saya.
“Udah, ayo pergi,” jawab saya.
“Kamu udah dandan? Yang bener aja. Yang begitu mah bukan dandan untuk ke kondangan, tapi ke dapur. Ayo cepet sana!” Mama menyuruh saya lagi.

Saya bingung. Seumur-umur ke kondangan, dandanan saya ya begitu adanya. Ga pernah lebih. Pernah sih dandan lengkap, tapi itu juga didandanin salon. Ya saat nikah, bukan ke kondangan. Masa iya ke kondangan harus ke salon dulu. Aduh bener-bener deh, mama bikin repot.

Setibanya di tempat kondangan, dengan dandanan yang seadanya tadi, mama langsung meneliti wajah saya lagi. Sepertinya, kaca mata mama saya itu punya kemampuan membesarkan layaknya lup alias suryakanta. Sebab begitu memandang wajah saya lebih dekat, dia menemukan banyak hal yang sama sekali tak pernah saya lihat. Maksud saya… tak pernah saya hiraukan.

“Nia, wajahmu itu, kalo dilihat deket, penuh bintik-bintik, lho. Kalo dibiarin, kamu bisa kokoloteun, deh. Bentar lagi, kamu pasti bakal keriput. Coba aja pegang, kulit wajah kamu kendor dan kasar. Kamu kayak seumuran si teteh. Malah, keliatan lebih tua 5 tahun dari dia!” ucap mama panjang lebar.

Deg! Jantung saya berdegup lebih kencang saat mendengar ucapan mama itu. Terlebih saat dia bilang, saya terlihat lebih tua 5 tahun dari kakak perempuan saya yang usianya terpaut lebih tua 5 tahun. Jadi, aku kelihatan 10 tahun lebih tua dari usiaku yang sebenernya, dong! Ah, mama pasti bercanda. Mentang-mentang gak dandan heboh, seenaknya aja menghina wajah saya.

“Ih mama. Lebay deh,” jawabku.
“Lebay apaan? Lihat sendiri deh nanti di rumah pake cermin yang besar di luar. Kamu pasti percaya! Makanya, rajin dandan. Dandan itu bukan cuma biar terlihat lebih cantik. Tapi juga untuk merawat kecantikan itu sendiri. Kamu mau suamimu melirik perempuan lain gara-gara isterinya kucel dan terlihat lebih tua 10 tahun?”

Perang Bathin
Percakapan dengan mama siang itu benar-benar membuat galau. Apa yang diucapkan mama ternyata benar. Ya, ketika saya berkaca dengan cermin besar di luar rumah, di bawah sinar matahari yang terang, saya melihat wajah saya sendiri. Bintik-bintik hitam kecil serta kulit wajah yang mulai kendor dan juga kasar, nyata adanya. Persis seperti penjelaskan mama. 

Beberapa jam saya terpaku. Sungguh, ucapan mama mengenai saya yang terlihat 10 tahun lebih tua membuat saya sedih. Benarkah seperti itu? Berangkat dari hal ini, saya pun browsing mengenai berbagai macam manfaat berdandan. Dan hasilnya, sungguh membuat saya merasa sudah zalim pada diri sendiri. Saya sudah menyia-nyiakan, sekaligus lalai pada anugerah yang sudah diberi Allah. Dan jelas sekali, saya tidak mensyukuri nikmat kecantikan yang diberikan Allah pada saya. Duh, menyedihkan sekali!

Bagaimana bisa, saya begitu? Bagaimana bisa kemalasan yang bersembunyi di balik sifat tomboy itu membuat saya acuh tak acuh pada keadaan tubuh sendiri? Andaikan saya menyadari hal ini lebih awal, tentu semua tak akan begini. Astaghfirullah…

Move On!
Sejak saat itu, saya pun berubah. Meskipun tidak drastis, saya mulai mencoba berdandan sedikit demi sedikit. Pelembab, bedak, dan juga lipstik menjadi kosmetik andalan saya dalam berdandan. Mengapa? Sebab ketiga benda ini cukup ampuh mengurangi keluhan-keluhan kulit saya yang beberapa waktu lalu sempat membuat galau. Bintik-bintik hitam serta kulit yang kasar dan juga kendor. Dan sekarang, saya tidak bisa hidup tanpanya. Ke mana pun saya pergi, ketiga benda ini selalu setia menemani saya. 

Sekarang, bagi saya, berdandan itu bukan hanya sekadar bersolek untuk membuat wajah terlihat lebih cantik saja. Lebih daripada itu. Berdandan juga berarti merawat diri agar tubuh, khususnya wajah bisa lebih sehat dan lebih segar. Jika dianalogikan, dandan itu juga sama seperti makan makanan yang bergizi dan olahraga. Sebab semuanya mempunyai manfaat dalam membuat tubuh lebih sehat. Apalagi jika dikaitkan dengan keadaan sekarang. Paparan sinar matahari yang terik, radikal bebas, polusi udara, racun pada makanan, hingga berbagai macam kuman penyakit bisa masuk ke dalam tubuh melalui kulit wajah. Dan jika kulit wajah tidak dirawat, jelas semua hal tersebut bisa menimbulkan keluhan dan penyakit pada tubuh. Jerawat, kulit muka yang kering, kasar, kusam, dan juga terbakar, bahkan hingga kanker kulit, merupakan contohnya. Alhamdulillah, saya belum terlambat dalam hal ini.

Merawat wajah dengan berdandan memang harus dilakukan, tapi ini tidak langsung menjadikan saya merawatnya dengan kosmetik yang sembarangan. Nah lalu, seperti apa kosmetik yang bisa jadi pilihan?

Kosmetik yang menjadi pilihan saya itu adalah jenis kosmetik yang cocok di kulit wajah saya. Kosmetik jenis ini biasanya lembut, membuat adem (tidak membuat kulit panas), tidak mengiritasi (biasanya terindikasi dari rasa gatal atau perih), tidak membuat kulit berminyak, tetapi juga tidak membuat kulit menjadi kering. Kemudian syarat berikutnya, kandungan kosmetik jenis ini juga harus alami. Untuk mengecek kandungan kosmetik itu alami atau tidak, bisa dilakukan dengan cara browsing di internet. Ribet memang, tapi demi kulit yang sehat, itu sebanding untuk dilakukan. Kosmetik alami, keamanannya sudah teruji secara klinis di laboratorium. Kosmetik dengan kandungan alami biasanya cocok untuk semua orang.

Selain cocok dan kandungannya alami, sebagai seorang muslim, kita punya pilihan yang tak boleh ditawar-tawar. Pilihan ini berupa syarat halal yang sudah dikeluarkan oleh pihak yang terkait. Mengapa harus kosmetik halal? Kan tidak dimakan? Eits, siapa bilang halal atau haram itu hanya berlaku untuk makanan atau minuman saja? Semua yang dipakai di tubuh kita itu harus jelas kehalalannya. Termasuk kosmetik.  Ya, halal is my life. Selain membuat cantik dan merawat kulit, kosmetik halal juga akan membuat berkah. Memangnya mau seharian pergi ke sana ke mari dengan barang yang haram atau najis menempel di tubuh kita? Waduh… jangan sampai deh! Semua aktivitas kita tidak akan berkah dan tidak dicatat sebagai ibadah, dong! 

Terus Bagaimana?
Haloooow…. Kita tidak hidup di Amerika. Kita ini hidup di negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia. Jadi, mencari produk, terutama kosmetik halal itu tidak sesusah mencari jarum di tumpukan jerami. Kita hanya perlu membuka mata lebar-lebar. Coba lihat di tv, coba buka majalah, browsing di internet, atau langsung bertanya pada pihak yang mengeluarkan sertifikat halal itu, yakni LPPOM MUI. Dari sana, kosmetik halal pasti dengan mudah akan didapatkan.

Selain hal-hal di atas, melihat cap sertifikat halal dari LPPOM MUI langsung pada kemasan produk kosmetiknya merupakan tindakan yang paling praktis. Tapi tetap saja, kita harus hati-hati sebab ada juga lho produsen abal-abal yang memalsukan cap sertifikat halal ini. 

Lalu, bagaimana dengan kosmetik yang katanya halal tapi belum tersertifikasi halal dari LPPOM MUI? Please deh, jangan mau dibodohin. Produk haram juga bisa ngaku-ngaku begitu. Sebagai umat Islam yang taat, kita harus patuh pada ulil amri. Dan untuk urusan halal-haramnya suatu produk, LPPOM MUI-lah yang mempunyai wewenangnya. Jika suatu produk secara resmi telah mempunyai sertifikasi halal, bisa dipastikan semua halnya sudah diteliti oleh LPPOM MUI, sehingga pada akhirnya dinyatakan halal dan diberi sertifikatnya. Dan jika masih belum memiliki cap sertifikasi halal? Adakah jaminan kepada kita, produk itu halal sekali pun si produsen menyatakan kehalalannya? Yang pasti-pasti aja deh. Sebab yang halal sudah pasti aman dan terjamin. Dan ini sangat penting bagi kita sebagai seorang muslim. Dengan kosmetik halal, kita tampil cantik, dan Insya Allah, semua akan berkah. Pokoknya, halal is my life, deh!

Wardah: Kosmetik Halal, Aman, dan Insya Allah Berkah
Pencarian kosmetik cocok yang aman, terjamin, dan halal jatuh pada Wardah. Sebagai kosmetik halal pertama yang saya kenal dan saya lihat bersertifikasi halal di pasaran, kehalalan dan keamanannya tentu tidak bisa diragukan lagi. Dan benar saja, begitu dipakai, cocok di kulit saya. Si kulit wajah yang kasar, bintik-bintik hitam, dan juga kulit yang kendor perlahan-lahan berkurang. Saya yakin, meski umur saya bertambah tua, kulit saya bisa terjaga dari penuaan. Ya, minimal tidak secepat ketika saya tidak menggunakannya. Benar adanya bahwa barang yang halal sudah pasti aman. Tapi yang aman, belum tentu halal. Dan sejak itulah, saya menetapkan hati untuk selalu menggunakan Wardah. 

Natural and Halal, Definitely My Daily Style

Dasar saya yang tomboy membuat saya tidak suka hal-hal yang ribet. Pun demikian juga dengan urusan berdandan. Tetapi agar kemudaan kulit wajah dan efek-efek penuaan bisa diminimalkan, saya tetap harus berdandan. Karenanya, gaya berdandan saya sangat minimalis. Dan jika dilihat-lihat, tak ada beda antara saya berdandan dan tidak berdandan. Ada sebuah cerita lucu mengenai gaya natural minimalis ini. Seorang teman, tertawa terbahak-bahak manakala melihat saya berdandan. 

Dia bilang, “ngapain sih kamu dandan dan ngabisin uang untuk beli kosmetik jika gaya dandananmu natural seperti itu. Mau lebih natural lagi mah, ga usah dandan sekalian. Ga buang-buang duit. Toh gaya dandananmu sama aja kayak orang yang gak dandan.”

Saya menjawabnya dengan senyuman. Sepertinya dia tidak paham perbedaan antara berdandan natural dan gaya alami tanpa make up. Ya, meski hasilnya hampir mirip, di sana ada perbedaan yang cukup besar. 

Berdandan dengan gaya alami itu bukan ditujukan untuk membuat wajah terlihat berbeda, tapi lebih ditujukan untuk merawat wajah agar tetap sehat dan terhindar dari efek-efek penuaan. Menghindari wajah yang pucat dan membuatnya lebih terlihat segar adalah hasil dari jenis dandanan gaya ini. 

Nah kalau tampil natural tanpa make up, biasanya wajah terlihat pucat dan tidak segar. Jika dilakukan terus menerus, kulit wajah akan terkena dampak buruk dari efek-efek penuaan. Apalagi jika terpapar sinar matahari, radikal bebas, atau pun makan makanan yang mengandung racun ini-itu. Bisa dipastikan, penuaan dini akan sangat cepat terlihat. Tidak percaya? Coba saja lakukan hal tersebut beberapa bulan saja. Saya sih sudah kapok. Saya tidak mau lagi disebut sepuluh tahun lebih tua dari umur saya yang sekarang untuk kedua kalinya. Tidaaaaaaak, terima kasih!

Ini Dia Amunisi Saya…
Dandanan keseharian saya bersama Wardah itu simpel dan alami. Produk Wardah yang paling sering digunakan sehingga paling sering habis itu ada 3 macam. Yaitu krim pelembab (moisturizer cream), bedak padat luminous two way cake, dan juga lipstik longlasting. Ketiga benda inilah yang pada akhirnya membuat saya jatuh cinta dan membuat saya betah untuk tidak berpaling ke lain produk. 

Setelah mandi dan setiap setelah beres salat, saya mengusapkan krim pelembab Wardah ke seluruh bagian wajah saya. Olive oil-nya membuat kulit saya terhindar dari kekeringan, yang menjadi cikal bakal kulit kasar, pembentukan bintik dan flek hitam, serta kulit wajah yang kendor. Manfaat dari krim pelembab ini bisa dirasakan bahkan di saat pertama pemakaian. Kulit lembut, lembap, dan juga terasa lebih kenyal. 

Bedak padat luminous two way cake Wardah menjadi kosmetik kedua yang saya sapukan di wajah saya setelah pelembab. Untuk membuatnya merata di kulit wajah, saya memilih warna beige. Kandungan vitamin E dan juga strukturnya yang halus selembut sutera, membuat kulit saya tampak lebih bercahaya. Selain tentunya, vitamin E ini juga membantu kulit mempertahankan kadar air yang berperan di dalam menjaga kelembapan kulit. Dengan pemberian bedak padat ini, kulit saya terhindar dari minyak berlebih sekaligus juga tidak membuatnya kekeringan. 

Untuk menambah kesan segar dan terhindar dari wajah yang pucat, saya membubuhkan lipstik Wardah di bibir saya. Karena tidak suka kesan yang mengkilap, saya memilih longlasting lipstick yang membuat bibir tampak alami. Ada pun warna kesukaan saya itu adalah fabulous peach. Warna merah terlihat alami di bibir saya. Selain itu, kandungan squalene dan jojoba oil lipstik Wardah longlasting sangat bermanfaat bagi kulit bibir saya yang cenderung kering. Berkatnya, kini bibir saya menjadi lembap dan lebih sehat.

Saya Juga Pengen Jago Dandan, Lho!
Itu tadi adalah 3 langkah ‘fardhu’ saya bersama kosmetik halal dalam aktivitas berdandan sehari-hari. Ke mana pun saya pergi, atau bahkan ketika di rumah saja, sebelum beraktivitas apa pun, saya melakukan 3 langkah tersebut. 

Jika dibandingkan dengan perempuan lain, kemampuan dandan saya sangat jauh tertinggal. Ibaratnya, saya masih di Taman Kanak-kanak, sementara yang lain sudah S1 atau bahkan S3. Bukan tidak mau dandan, tapi, lagi-lagi sebagai wanita yang masih setengah tomboy, dandan itu sangat susah sekali. 

Namun meskipun demikian, saya tidak kecil hati. Berbekal niat yang kuat, ilmu dari blog-blog kecantikan yang banyak tersebar di dunia maya, dan juga kosmetik Wardah yang halal lagi berkah, yang kini kolekasinya semakin lengkap, saya bertekad untuk belajar dandan. Saya juga pengen atuh bisa secantik brand ambassador Wardah. Seperti Inneke Koesherawati, Marshanda, Dian Pelangi, atau Dewi Sandra. Eh ya, diam-diam, berbekal ilmu dari blog-blog kecantikan serta tips-tips cantik ala Wardah, saya suka coba-coba dandan pake kosmetik halal Wardah teteh saya yang super lengkap, lho. Hasilnya? Ya begitu deh. Masih jauh dari para ambassador Wardah. :D


Aduh… bisa nggak, ya saya secantik mereka kalau dandan lengkap pake Wardah? Pasti bisa, asalkan belajar terus tanpa putus asa dan juga dengan terus menambah koleksi make up Wardahnya. Dari mulai menambah pelembab baru yang sudah mau habis, dasar bedak, bedak padat atau pun tabur, eye shadow, maskara, blush on, hingga peralatannya. Yayayaya…. Saya yakin, saya pasti bisa. Sebab dengan kosmetik halal Wardah, cantik dan sehat didapat, berkah selamat disandang, dan suami pasti semakin sayang. Bukan begitu? Semoga saja. Aamiin Ya Rabbal Alamin.